LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
MUSEUM
SUBAK SANGGULAN TABANAN
BALI
Dosen
Pengampu:
Terry
Irenewaty, M.Hum
Disusun
Oleh:
1. Markhatun
Sholikhah (10413244002)
2. Muchamad
Chayrul Umam
(10413244007)
3. Ummi
N. (10413244010)
4. Deni
Surya Ayuningtyas (10413244019)
5. Rizki Petronaso (10413244026)
6. M.
Azki Syafieq (10413244030)
7. Krissanto Kurniawan (10413244036)
Pendidikan
Sosiologi
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan tentang Museum Subak
Sanggulan Tabanan Bali.
Laporan ini kami buat dalam rangka untuk
memenuhi dan melengkapi nilai tugas kami pada mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan. Makalah ini membahas
mengenai pariwisata budaya Museum Subak di bali dengan lebih menitikberatkan
pada pesona yang membuat daya tarik para wisatawan baik domestik maupun
mancanegara, sehingga mempengaruhi interaksi antara warga lokal dengan wisatawan.
Tak lupa pula Penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Terry Irenewaty, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari
bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini
dapat berguna dan memberikan manfaat bagi para pembaca, khusunya untuk kami
pribadi selaku tim penyusun.
Yogyakarta,
16 Desember 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pulau Bali merupakan pulau yang terletak diantara Pulau
Jawa dan Pulau Nusa Tenggara. Sebagai sebuah pulau yang tidak terlalu besar,
Bali menyimpan sejuta kebudayaan yang unik. Pulau Bali sering dijadikan obyek pariwisata
baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Salah satu yang unik
adalah adanya sistem pertanian yang dikenal dengan Sistem Subak.
Keberadaan subak sebagai organisasi pertanian mempunyai
makna yang luar biasa bagi para petani di Bali. Namun, kini ada pergeseran dari
sektor pertanian ke sektor pariwisata. Hal inilah yang menyebabkan rasa bangga
menjadi petani menjadi pudar. Maka untukmenjaga pelestarian sistem ini,
pemerintah membangun sebuah museum subak yang berisi tentang peralatan dan cara
menanam para petani di Bali yang sudah ada sejak tahun 896 M.
Kemudian yang kedua adalah adanya proses globalisasi yang
menyebabkan perubahan sosial budaya di masyarakat subak. Globalisasi terjadi
secara mendunia dalam berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pertanian. Dalam
laporan ini akan dibahas mengenai perubahan sosial budaya di masyarakat subak.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana sistem Subak di Bali?
2. Bagaimana organisasi di Subak?
3. Bagaimana perubahan sosial budaya di Subak?
4. Bagaimana
sejarah museum Subak?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
sistem Subak di Bali
2.
Mengetahui
organisasi Subak
3.
Mengetahui
perubahan sosial budaya di Subak
4.
Mengetahui
tentang sejarah museum subak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SISTEM SUBAK DI BALI
Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Mereka tinggal di
pulau-pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu diantaranya
adalah Pulau Bali.
Masyarakat Bali sebagian hidup dari
bercocok tanam. Baik yang bercocok tanam di ladang, maupun yang bercocok tanam
di sawah. Jenis tanaman yang ditanampun bermacam-macam. Ada yang bertanam padi,
palawija, buah-buahan, bahkan ada pula yang menananm cengkeh, vanili, coklat,
kopi, kelapa, dan lain-lain.
Masyarakat Bali mengenal organisasi
pengairan yang disebut Subak. Subak adalah kesatuan dari pemilik atau penggarap
sawah yang menerima air irigasinya dari satu sumber atau bendungan tertentu.
Karena pertanian di Bali mengenal tradisi basah dan tradisi kering, maka Subak
juga dikenal dua yaitu subak tanah basah dan subak abian(tanah kering).
Subak adalah suatu masyarakat hukum
adat di Bali yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang merupakan
perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Lingkungan
topografi dan kondisi sungai-sungai di Bali yang curam menyebabkan sumber air
untuk suatu komplek persawahan petani umumnya cukup jauh. Kadang-kadang untuk
menyalurkan air ke sebuah kompleks sawah, mereka harus membuat terowongan
menembus bukit cadas.
Subak
Bali didasarkan atas filosofi Tri Hita Karana, dapat dipandang sebagai suatu
sistem, karena subak mengandung tiga komponen yaitu:
a. Parahyangan : hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Tuhan yang Maha Esa.
b. Pawongan : hubungan yang harmonis manusia dengan
manusia itu sendiri.
c. Palemahan : hubungan yang harmonis antara manusi
dengan lingkunga alamnya.
Subak dipimpin oleh seorang Kelian
Subak atau Pakaseh yang mengoordinasi pengelolaan air berdasarkan tata tertib
(awig-awig) yang disusun secara egaliter. Saat irigasi berjalan baik, mereka
menikmati kecukupan air bersama-sama. Sebaliknya, pada saat air irigasi sangat
kecil, merekaakan mendapat air yang terbatas secara bersama-sama. Waktu tanam
ditetapkan dalam sebuah kurun waktu tertentu. Umumnya, ditetapkan dalam rentang
waktu dua minggu. Petani yang melanggar akan dikenakan sanksi
Untuk memperoleh penggunaan air yang
optimal dan merata, air yang berlebihan dapat dibuang melalui saluran drainasi
yang tersedia pada setiap komplek sawah milik petani. Sementara itu, untuk
mengatasi masalah kekurangan air yang tidak terduga, mereka melakukannya dengan
cara-cara seperti:
-
Saling
pinjam meminjam air irigasi antar anggota subak dalam satu subak atau antar
subak yang sistemnya terkait.
-
Melakukan
sistem pelampias,yakni kebijakan untukmemberikan tambahan air untuk lahan sawah
yang berada di hilir. Jumlah tambahan air ditentukan dengan kesepakatan
bersama.
-
Melakukan
sistem pengurasan porsi air yang harus diberikan pada suatu komplek sawah milik
petani tertentu, bila sawah tersebut telah mendapatkan tirisan air dari suatu
kawasan tertentu di sekitarnya.
Jika debit air irigasi sedang kecil, petani anggota subak
tidak dibolehkan ke sawah pada malam hari, pengaturan air diserahkan kepada
pengurus subak. Dengan demikian distribusi air berjalan dengan adil.
Sistem irigasi di subak umumnya terdiri dari 4 (empat)
unsur fungsional pokok meliputi:
1.
Bangunan
utama, berupa bangunan pengambilan yang terletak pada sumber air.
2.
Jaringan
pembawa, berupa saluran pembawa yang berfungsi menyalurkan air irigasi dari
sumbernya sampai ke petak sawah yang memerlukan.
3.
Kumpulan
petakan sawah sesuai topografi dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan air secara kolektif.
4.
Sistem
pembuangan, adalah saluran air alami atau buatan yang terletakdi luar wilayah
irigasi subak untuk membuang kelebihan air.
Jaringan
irigasi bila diurut dari sumber air terdiri dari:
a.
Empelan
(empangan)
b.
Buka/Bungas
c.
Aungan
(terowongan)
d.
Telabah
gede (saluran primer)
e.
Telabah
pemaron (saluran sekunder)
f.
Telabah
alit (saluran tersier)
g.
Telabah
cerik (saluran ranting)
h.
Telabah
penyahcah (tali kunda) dibeberapa tempat dikenal dengan istilah:
i.
Penasan
untuk 10 bagian
ii.
Panca
untuk 5 bagian
iii.
Pamijian
untuk sendiri ( 1 bagian)
Bangunan
bagi terbuat dari batang kelapa dengan dasar ambang rata-rata lebar
proporsional sesuai dengan luas dan kesepakatan seperti :
a.
Bangunan
bagi utama / temuku uya
b.
Bangunan
bagi sekunder / temuku pemaron
c.
Bangunan
bagi tersier / temuku alit
d.
Pembagian
tiap petak / tektek
Selain
itu juga mempunyai bangunan pelengkap, seperti:
a.
Penguras
(pengutangan)
b.
Pepiuh
(pelimpah samping)
c.
Petaku
(bangunan terjun)
d.
Talang
(abangan)
e.
Jengkuwung
(gorong-gorong)
f.
Keluwung
(urung-urung)
g.
Titi
(jembatan)
h.
Telepus
(syphon)
i.
Terjunan
(pekiyuh)
Satuan dasar pembagian air sampai ke petakan sawah bagi
subak ialah tektek yaitu bahasa Bali yang artinya cecah atau ukuran lebar suatu
alat pembagian air yang dibuat dari batang kayu yang mempunyai alur akibat
dicecah. Alat pembagian air ini disebut tembuku yang dapat dianggap sebagai
sekat ukur, tetapi dalam bentuk yang sederhana.
Sesukat sawah atau sebidang sawah memperoleh pembagian
satu tektek bila sawah itu menggunakan bibit satu tenah. Tenah adalah ukuran
padi yang beratnya kuarang lebih 25 – 30 kg.
Upacara keagamaan yang dilakukan oleh anggota subak pada garis besarnya dapat dibagi dua
yaitu upacara yang dilakukan secara perseorangan dan upacara yang dilakukan
oleh kelompok (tempek atau subak).
Upacara keagamaan yang dilakukan
oleh para petani secara perseorangan adalah:
a. Ngendangin : Mulai melakukan pencangkulan
pertama.
b. Ngawiwit :. Dilaksanakan pada waktu petani
menabur benih di pembibitan.
c. Mamula/Nandur : Dilaksanakan pada saat menanam
d. Neduh,
dilakukan pada saat padi berumur satu bulan dengan harapan agar padi tidak
diserang hamma penyakit.
e. Biukukung
: dilakukan pada saat menjelang panen.
f.
Nyangket: dilakukan pada saat padi
disimpan dilumbung atau tempat lainnya sebelum padi diolah menjadi beras untuk
pertama kalinya.
Pada tingkat tempek upacara yang
dilakukan antara lain:
a.
Upacara mapag toya , dilakukan didekat
bendungan menjelang pengolahan tanah.
b. Upacara
Nyaeb / Mecaru, dilakukan agar padi tidak diserang hama penyakit.
c. Upacara
ngusaba: dilakukan menjelang panen.
Adapun
upacara / kegiatan lain yang harus juga dilakukan oleh para petani adalah
berupa:
-
Nyepi di Sawah : Sebagai simbolis
pembersih buana agung dan buana alit yang nantinya akan menghasilkan
keseimbangan di dalam kehidupan manusia.
-
Nangkluk
merana : merupakan suau ritual dalam rangka menolak hama yang ada disawah
dengan melaksanakan suatu upacara yang berkaitan dengan pura yang mempunyai
hubungan dengan penguasa hama.
Berdasarkan pendapatan /
inventarisasi terhadap keberadaan subak di bali, maka jumlah subah di Bali pada akhir tahun 2010 tercatat
sebanyak 1.602 subak dengan luas areal persawahan seluruhnya 86.911.047 ha.
Di lingkungan
subak terdapat
pura-pura antara lain:
a. Pura
Bedugul (dibangun pada setiap tempat pembagian air dan bendungan)
b. Pura
Masceti yan dibangun dalam wilayah subak di mana subak itu berada.
c. Pura
Ulun Suwi (dibangun pada setiap wilayah Subak atau beberapa subak yang
mempunyai sumber air yang sama)
d.
Pura UlunDanu (tempatnya pada keempat
danau Bali yaitu, danau Beretan, danau Buyan, danau Tamblingan dan danau
Batur).
B.
ORGANISASI DI SUBAK
a. Anggota
Subak adalah orang yang mempunyai sawah dan mendapatkan air, yang dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) Anggota
aktif: anggota subak yang wajib akif dalam segala kegiatan Subak seperti Krama
Pekaseh, Sekaa Yeh atau Sekaa Subak.
2) Anggota
tidak aktif:
anggota yang mengganti kewajibannya dengan uang yang disebut “pengohot” atau
“pengampel”.
3) Anggota
Luput: anggota yang tidak bisa aktif dalam segala kegiatan subak karena
mempunyai tugas penting seperti: Bendesa adat, Sulinggih atau Pemangku.
b. Penjuru/pengurus
Subak terdiri dari:
1) Pekaseh/kelian
subak
2) Pangliman/Petajuh
3) Penyarikan/Juru
Tulis
4) Petengen/Juru
Raksa
5) Saya/Juru
arah/Juru tibak/kasioman
6) Pemangku/urusan
keagamaan
c. Sekaa
dalam Subak
1) Sekaa
Numbeg : dalam hal
pengolahan tanah
2) Sekaa
jelinjingan :
pengelolaan air
3) Sekaa
Sambang : Pengawasan
air dari kecurian
4) Sekaaa
Mamulih/nandur : dalam hal
penanaman padi
5) Sekaa
Majukut : menyiangi
padi
6) Sekaa
manyi :menuai/memotong/ngetam
padi
Sekarang
sesuai dengan perkembangan teknologi terdapat pula:
1) Pemberantas
hama : sebagai peningkatan efektifitas sekaa/sambang
2) Hendraktor
yang disewakan sebagai pengganti sekaa numbeg.
PARUMAN SUBAK
(Forum Musyawarah Subak)
|
JURU TULIS/SEKRETARIS
JURU ARAH/SAYA/KESINOMAN
|
PEKASEH/KELIHAN SUBAK
KETUA SUBAK
|
JURU RAKSA
(BENDAHARA)
|
KELIHAN (KETUA)
TEMPEK/MUNDUL/LANYAHAN
|
ANGGOTA (KRAMA)
SUBAK
|
Pelaksanaan
Organisasi Subak
a. Sekaa/sambang
Subak sebagai organisasi yang
otonomi berhak mengurus rumah tangganya sendiri dan dapat menetapkan awig-awig.
Awig-awig adalah suatu hukuman berat hukum tertulis yang memuat seperangkat
kaedah-kaedah sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat petani. Di
dalamnya terdapat hak dan kewajiban anggotanya serta sanksi atas pelanggaran
hak dan kewajiban yang berupa dedosan atau densa. Sanksi-sanksi yang
dilaksanakan secara tegas dan nyata termuat dalam ketentuan pokok saja
sedangkan ketentuan detail dimuat dalam perarem sebagai pelaksanaan awig-awig subak. Isi pokok
awig-awig mengatur hubungan antara manusia dengan manusia (tata pawongan) dan
hubungan manusia dengan lingkungan (tata palemahan).
b. Hak
anggota Subak yaitu:
1. Mendapat
bagian air secara adil
2. Memilih
dan dipilih menjadi pengurus
3. Mengeluarkan
pendapat dan usul dalam rapat
4. Melaporkan
pelanggaran-pelanggaran kepada pengurus,
5. Mendapat
pelayanan dan pelakuan yang adil dari subak.
c. Kewajiban
anggota Subak dibedakan menjadi 3 bidang mperbaiki bangunan sera meyaitu:
1) Bidang
fisik meliputi:
-
Membuat, memelihara serta memperbaiki
bangunan-bangunan pengairan termasuk saluran air irigasi.
-
Membuat, memelihara serta memperbaiki
bangunan lainnya seperti jalan subak, bangunan tempat upacara keagamaan.
2) Bidang
Sosial dan ekonomi meliputi:
-
Mentaati dan melaksanakan peraturan-peraturan
subak serta keputusan-keputusan yang diambil waktu rapat.
-
Menjalankan segala perintah pengurus
berdasarkan peraturan yang berlaku.
-
Menghadiri rapat anggota.
-
Memelihara kelancaran pembagian air,
-
Membayar denda, iuran, dan pungutan
lainnya menurut keputusa rapat.
-
Melaksanakan intruksi dari pemerintah
yang disalurkan lewat subak seperti penanaman benih unggul, pemberantasan hama
/ penyakit dan lain-lain.
3) Bidang
keagamaan meliputi:
–
melakukan upacara keagamaan misalnya melakukan upacara mapag toya, upacara
nyugsus, upacara ngusaba, dan upacara-upacara lainnya.
RAPAT SUBAK
Rapat subak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
rapat pengurus yang hanya dihadiri oleh pengurus, dan rapat anggota. Hal-hal
yang dibicarakan dalam rapat pengurus biasanya hal-hal yang menyangkut tugas
dan kewajiban dari pengurus itu sendiri atau hal-hal yang sifatnya mendesak,
tetapi hanya cukup dihadiri oleh pengurus saja.
Rapat anggota juga dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu yang bersifat rutin dan yang bersifat khusus. Rapat rutin diadakan setiap
sebulan sekali. Adapun hal-hal yang dibicarakan antara lain:
-
Menentukan
pungutan iuran/dana untuk rencana yang ditentukan atau akan dilaksanakan
-
Masalah
awig-awig subak
-
Masalah
pola tanaman yang akan datang
-
Menentukan
lokasi gotong royong
C.
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DI SUBAK
Subak sebagai lembaga tradisional yang bersifat sosio-agraris-religius, yang sudah membudaya dan dikenal di seluruh pelosok dunia bahkan disebut sebagai salah satu organisasi petani pemakai
air paling canggih di seluruh dunia,
dalam perjalanan waktu dari generasi satu ke genersi yang lainnya melalui situasi dan kondisi
yang berbeda-beda tentunya sudah mengalami beberapa reformasi secara alami sesuai dengan perkembangan jaman.
Masyarakat petani di Bali dengan lembaga tradisionalnya,
yaitu subak, sebenarnya telah memiliki benih-benih modernisasi dalam diri mereka sendiri. Sektor pertanian memegang peranan
yang sangat penting dalam laju pertumbuhan ekonomi di Bali, di sini terlihat bahwa terjadi perpaduan
yang harmonis antara unsur tradisional dengan unsur
modern sehingga membawa dampak terhadap kemajuan serta memberikan kesejahteraan kepada masyarakat
lain secara maksimal.
Kontak budaya adanya penemuan teknologi baru, kebutuhan manusia yang tidak terbatas,
dan alam dimana manusia hidup
yang sebenarnya berubah,
merupakan faktor-faktor
yang dapat menentukan terjadinya reformasi tersebut. Namun demikian, pola-pola yang telah ada pada subak sejak zaman dulu tidak diabaikan, tetapi yang ditonjolkan adalah variasi
yang sangat tergantung pada konteksnya.
Seiring dengan berubahnya zaman, perubahan perubahan juga
terjadi di dalam masyarakat subak. Perubahan sosial budaya masyarakat subak
berkembang ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Peralatan akan
cepat berganti dan semakin modern sehingga akan sulit dilacak dan dihimpun
kembali peralatan yang tradisional. Misalnya saja saat membajak sawah. Dahulu
mereka menggunakan kerbau untuk membajak sawah. Dengan majunya teknologi
sekarang ini, membajak sawah bisa dilakukan dengan traktor. Akan tetapi,
walaupun sudah ada kemajuan teknologi dibidang pertanian, masyarakat subak
tetap memegang teguh apa yang sudah ditetapkan oleh para pendahulu. Masyarakat
subak juga tidak menutup diri atas perkembangan zaman dan kemajuan teknologi di
bidang pertanian. Kemudian tentang pembagian irigasi air. Dengan majunya ilmu
pengetahuan, pemerintah membangun bendungan yang akan membagi air di masyarakat
subak. Hal ini dapat membantu pembagian air di mfasyarakat. Kemudian masyarakat
dalam membagi air tersebut selain dibantu oleh bendungan, juga masih
menggunakan cara tradisional yang masih dipertahankan.
Selain
itu, adanya revolusi hijau di era globalisasi ini telah menyebabkan terjadinya
perubahan pada sistem pertanian di Indonesia, terutama di masyarakat subak.
Dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus
menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Hal
itu sangatlah berbeda dengan sistem subak yang diterapkan oleh para petani di
Pulau Bali yang dimana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang
baru pada revolusi hijau menghasilkan padi yang lebih melimpah, tetapi kemudian
diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida
baik di tanah maupun di air. Kemudian pada zaman sekarang, banyak masalah yang
menerjang eksistensi subak di Pulau Bali. Dan salah satunya ialah organisasi
subak ataupun lahan pertanian mengalami ancaman kepunahan karena terjadinya
pengalihan fungsi lahan menjadi areal nonpertanian seperti perumahan, hotel
dsb.
D.
SEJARAH
MUSEUM SUBAK
Museum Subak
terletak di desa Sanggulan kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, Bali, didirikan
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali dan diresmikan tanggal 13 oktober
1981.Subak telah ada sejak abad XI dan berkembang hingga sekarang.Subak
merupakan organisasi yang mandiri yang didasarkan atas dasar filsafat yang
kekal yaitu “Tri Hita Karana”, tiga
penyebab kebahagiaan (yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam).
Tujuan
Didirikannya Museum Subak
Adapun tujuan didirikannya Museum
Subak adalah sebagai berikut:
a. Menggali
dan menghimpun berbagai benda dan data yang berkaitan dengan subak, termasuk
yang mempunyai nilai sejarah serta menyuguhkan berbagai sarana study / penelitian.
b. Menyelamatkan,
mengamankan, dan memelihara berbagai benda yang berkaitan dengan subak.
c. Menyuguhkan
berbagai informasi dan dokumentasi serta merupakan media pendidikan tentang subak.
d. Tempat
rekreasi/ obyek pariwisata.
Fasilitas
Museum Subak
Museum subak
merupakan Museum Khusus, tentang sistem pertanian Bali yang dikenal dengan nama
Subak dengan bangunan Museum Induk dan Museum Terbuka.
Museum Induk terdiri dari:
1. Bangunan
atau komplek suci dengan Padmasana, Bedugul dan lainnya. Tata ruang dan tata
letak dari bangunan-bangunan dimaksud disesuaikan dengan lingkungan
disekitarnya dengan mengikuti pola pembangunan tradisional : Tri Mandala, Tri
Angga, dan asta Kosala Kosali.
2. Bangunan
Utama terdiri dari dua gedung, yaitu:
-
Gedung administrasi yang merupakan pusat
informasi dan perpustakaan.
-
Gedung Pameran. Barang yang dipamerkan,
dipajangkan di Museum Subak menyangkut barang/alat pertanian yang digunakan
oleh para petani didalam mengerjakan sawahnya yang meliputi proses:
Parahyangan, Pawongan, dan palemahan yang sangat erat kaitannya dengan
kegiatan/aktivitas di Subak.
Museum
Terbuka yang diwujudkan sebagai “Subak Mini” yang dipakai sebagai peragaan
kegiatan Subak mulai dari sistem irigasi sampai proses kegiatan di sawah.
Jam
kunjungan Museum:
Hari
Senin s/d Minggu : Jam 08.00-16.30 Wita
Kecuali
hari jumat : jam 08.00-12.30 wita.
Hari
minggu dan libur resmi tutup dengan catatan masih diterima sepanjang ada
pemberitahuan sebelumnya.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Subak
adalah suatu masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki karakteristik
sosio-agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air
irigasi di lahan sawah.
2.
Sama
seperti halnya sebuah organisasi, organisasi di subak juga terdapat struktur
yang mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan jabatan yang diterima.
3.
Kontak budaya adanya penemuan teknologi baru,
kebutuhan manusia yang tidak terbatas,
dan alam dimana manusia hidup
yang sebenarnya berubah,
merupakan faktor-faktor
yang dapat menentukan terjadinya reformasi tersebut. Namun demikian, pola-pola yang telah ada pada subak sejak zaman dulu tidak diabaikan, tetapi yang ditonjolkan adalah variasi
yang sangat tergantung pada konteksnya.
4.
Demi
menjaga kelestarian sistem subak, maka dibangun museum yang berfungsi untuk
menyimpan barang-barang yang digunakan dalam sistem subak agar tidak rusak dan
punah.
B.
SARAN
1.
Dalam
pelaksanaan KKL terutama di museum subak, agar mahasiswa dapat melihat langsung
mengenai sistem subak yang diterapkan.
2.
Dosen
pembimbing lebih komunikatif terhadap mahasiswa agar mahasiswa mengetahui apa
yang akan dilaporkan.
3.
Mahasiswa
harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Museum Subak. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan Bali
Manan, Faridja
Novari,Sindu Galba. 1989. Sistem Subak Di
Bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar