Total Tayangan Halaman

Rabu, 11 Januari 2012

MUSEUM SUBAK-BALI


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
MUSEUM SUBAK SANGGULAN TABANAN
BALI
Dosen Pengampu:
Terry Irenewaty, M.Hum


Disusun Oleh:
1.      Markhatun Sholikhah                          (10413244002)
2.      Muchamad Chayrul Umam                 (10413244007)
3.      Ummi N.                                             (10413244010)
4.      Deni Surya Ayuningtyas                     (10413244019)
5.      Rizki Petronaso                                   (10413244026)
6.      M. Azki Syafieq                                  (10413244030)
7.      Krissanto Kurniawan                          (10413244036)



Pendidikan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 
2011
KATA PENGANTAR

                Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan tentang Museum Subak Sanggulan Tabanan Bali.
Laporan ini kami buat dalam rangka untuk memenuhi dan melengkapi nilai tugas kami pada mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan. Makalah ini membahas mengenai pariwisata budaya Museum Subak di bali dengan lebih menitikberatkan pada pesona yang membuat daya tarik para wisatawan baik domestik maupun mancanegara, sehingga mempengaruhi interaksi antara warga lokal dengan wisatawan.
Tak lupa pula Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Terry Irenewaty, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
            Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun.
            Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi para pembaca, khusunya untuk kami pribadi selaku tim penyusun.
                                                                                                                     
                                                                                                Yogyakarta, 16 Desember 2011







BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Pulau Bali merupakan pulau yang terletak diantara Pulau Jawa dan Pulau Nusa Tenggara. Sebagai sebuah pulau yang tidak terlalu besar, Bali menyimpan sejuta kebudayaan yang unik. Pulau Bali sering dijadikan obyek pariwisata baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Salah satu yang unik adalah adanya sistem pertanian yang dikenal dengan Sistem Subak.
Keberadaan subak sebagai organisasi pertanian mempunyai makna yang luar biasa bagi para petani di Bali. Namun, kini ada pergeseran dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Hal inilah yang menyebabkan rasa bangga menjadi petani menjadi pudar. Maka untukmenjaga pelestarian sistem ini, pemerintah membangun sebuah museum subak yang berisi tentang peralatan dan cara menanam para petani di Bali yang sudah ada sejak tahun 896 M.
Kemudian yang kedua adalah adanya proses globalisasi yang menyebabkan perubahan sosial budaya di masyarakat subak. Globalisasi terjadi secara mendunia dalam berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pertanian. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai perubahan sosial budaya di masyarakat subak.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sistem Subak di Bali?
2.      Bagaimana organisasi di Subak?
3.      Bagaimana perubahan sosial budaya di Subak?
4.      Bagaimana sejarah museum Subak?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui sistem Subak di Bali
2.      Mengetahui organisasi Subak
3.      Mengetahui perubahan sosial budaya di Subak
4.      Mengetahui tentang sejarah museum subak


BAB II
PEMBAHASAN
A.    SISTEM SUBAK DI BALI
Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Mereka tinggal di pulau-pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu diantaranya adalah Pulau Bali.
            Masyarakat Bali sebagian hidup dari bercocok tanam. Baik yang bercocok tanam di ladang, maupun yang bercocok tanam di sawah. Jenis tanaman yang ditanampun bermacam-macam. Ada yang bertanam padi, palawija, buah-buahan, bahkan ada pula yang menananm cengkeh, vanili, coklat, kopi, kelapa, dan lain-lain.
            Masyarakat Bali mengenal organisasi pengairan yang disebut Subak. Subak adalah kesatuan dari pemilik atau penggarap sawah yang menerima air irigasinya dari satu sumber atau bendungan tertentu. Karena pertanian di Bali mengenal tradisi basah dan tradisi kering, maka Subak juga dikenal dua yaitu subak tanah basah dan subak abian(tanah kering).
            Subak adalah suatu masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Lingkungan topografi dan kondisi sungai-sungai di Bali yang curam menyebabkan sumber air untuk suatu komplek persawahan petani umumnya cukup jauh. Kadang-kadang untuk menyalurkan air ke sebuah kompleks sawah, mereka harus membuat terowongan menembus bukit cadas.
      Subak Bali didasarkan atas filosofi Tri Hita Karana, dapat dipandang sebagai suatu sistem, karena subak mengandung tiga komponen yaitu:
a.       Parahyangan    : hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa.
b.      Pawongan       : hubungan yang harmonis manusia dengan manusia itu sendiri.
c.       Palemahan       : hubungan yang harmonis antara manusi dengan lingkunga    alamnya.
            Subak dipimpin oleh seorang Kelian Subak atau Pakaseh yang mengoordinasi pengelolaan air berdasarkan tata tertib (awig-awig) yang disusun secara egaliter. Saat irigasi berjalan baik, mereka menikmati kecukupan air bersama-sama. Sebaliknya, pada saat air irigasi sangat kecil, merekaakan mendapat air yang terbatas secara bersama-sama. Waktu tanam ditetapkan dalam sebuah kurun waktu tertentu. Umumnya, ditetapkan dalam rentang waktu dua minggu. Petani yang melanggar akan dikenakan sanksi
            Untuk memperoleh penggunaan air yang optimal dan merata, air yang berlebihan dapat dibuang melalui saluran drainasi yang tersedia pada setiap komplek sawah milik petani. Sementara itu, untuk mengatasi masalah kekurangan air yang tidak terduga, mereka melakukannya dengan cara-cara seperti:
-          Saling pinjam meminjam air irigasi antar anggota subak dalam satu subak atau antar subak yang sistemnya terkait.
-          Melakukan sistem pelampias,yakni kebijakan untukmemberikan tambahan air untuk lahan sawah yang berada di hilir. Jumlah tambahan air ditentukan dengan kesepakatan bersama.
-          Melakukan sistem pengurasan porsi air yang harus diberikan pada suatu komplek sawah milik petani tertentu, bila sawah tersebut telah mendapatkan tirisan air dari suatu kawasan tertentu di sekitarnya.
Jika debit air irigasi sedang kecil, petani anggota subak tidak dibolehkan ke sawah pada malam hari, pengaturan air diserahkan kepada pengurus subak. Dengan demikian distribusi air berjalan dengan adil.
Sistem irigasi di subak umumnya terdiri dari 4 (empat) unsur fungsional pokok meliputi:
1.      Bangunan utama, berupa bangunan pengambilan yang terletak pada sumber air.
2.      Jaringan pembawa, berupa saluran pembawa yang berfungsi menyalurkan air irigasi dari sumbernya sampai ke petak sawah yang memerlukan.
3.      Kumpulan petakan sawah sesuai topografi dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan air secara kolektif.
4.      Sistem pembuangan, adalah saluran air alami atau buatan yang terletakdi luar wilayah irigasi subak untuk membuang kelebihan air.
Jaringan irigasi bila diurut dari sumber air terdiri dari:
a.       Empelan (empangan)
b.      Buka/Bungas
c.       Aungan (terowongan)
d.      Telabah gede (saluran primer)
e.       Telabah pemaron (saluran sekunder)
f.       Telabah alit (saluran tersier)
g.      Telabah cerik (saluran ranting)
h.      Telabah penyahcah (tali kunda) dibeberapa tempat dikenal dengan istilah:
                                                                                                              i.      Penasan untuk 10 bagian
                                                                                                            ii.      Panca untuk 5 bagian
                                                                                                          iii.      Pamijian untuk sendiri ( 1 bagian)
Bangunan bagi terbuat dari batang kelapa dengan dasar ambang rata-rata lebar proporsional sesuai dengan luas dan kesepakatan seperti :
a.       Bangunan bagi utama / temuku uya
b.      Bangunan bagi sekunder / temuku pemaron
c.       Bangunan bagi tersier / temuku alit
d.      Pembagian tiap petak / tektek
Selain itu juga mempunyai bangunan pelengkap, seperti:
a.       Penguras (pengutangan)
b.      Pepiuh (pelimpah samping)
c.       Petaku (bangunan terjun)
d.      Talang (abangan)
e.       Jengkuwung (gorong-gorong)
f.       Keluwung (urung-urung)
g.      Titi (jembatan)
h.      Telepus (syphon)
i.        Terjunan (pekiyuh)
Satuan dasar pembagian air sampai ke petakan sawah bagi subak ialah tektek yaitu bahasa Bali yang artinya cecah atau ukuran lebar suatu alat pembagian air yang dibuat dari batang kayu yang mempunyai alur akibat dicecah. Alat pembagian air ini disebut tembuku yang dapat dianggap sebagai sekat ukur, tetapi dalam bentuk yang sederhana.
Sesukat sawah atau sebidang sawah memperoleh pembagian satu tektek bila sawah itu menggunakan bibit satu tenah. Tenah adalah ukuran padi yang beratnya kuarang lebih 25 – 30 kg.
Upacara keagamaan yang dilakukan oleh anggota subak pada garis besarnya dapat dibagi dua yaitu upacara yang dilakukan secara perseorangan dan upacara yang dilakukan oleh kelompok (tempek atau subak).
Upacara keagamaan yang dilakukan oleh para petani secara perseorangan adalah:
a.       Ngendangin          : Mulai melakukan pencangkulan pertama.
b.      Ngawiwit              :. Dilaksanakan pada waktu petani menabur benih di pembibitan.
c.       Mamula/Nandur    : Dilaksanakan pada saat menanam
d.      Neduh, dilakukan pada saat padi berumur satu bulan dengan harapan agar padi tidak diserang hamma penyakit.
e.       Biukukung : dilakukan pada saat menjelang panen.
f.       Nyangket: dilakukan pada saat padi disimpan dilumbung atau tempat lainnya sebelum padi diolah menjadi beras untuk pertama kalinya.
Pada tingkat tempek upacara yang dilakukan antara lain:
a.       Upacara mapag toya , dilakukan didekat bendungan menjelang pengolahan tanah.
b.      Upacara Nyaeb / Mecaru, dilakukan agar padi tidak diserang hama penyakit.
c.       Upacara ngusaba: dilakukan menjelang panen.

Adapun upacara / kegiatan lain yang harus juga dilakukan oleh para petani adalah berupa:
-          Nyepi di Sawah : Sebagai simbolis pembersih buana agung dan buana alit yang nantinya akan menghasilkan keseimbangan di dalam kehidupan manusia.
-          Nangkluk merana : merupakan suau ritual dalam rangka menolak hama yang ada disawah dengan melaksanakan suatu upacara yang berkaitan dengan pura yang mempunyai hubungan dengan penguasa hama.
Berdasarkan pendapatan / inventarisasi terhadap keberadaan subak di bali, maka jumlah  subah di Bali pada akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 1.602 subak dengan luas areal persawahan seluruhnya 86.911.047 ha.
Di lingkungan subak terdapat pura-pura antara lain:
a.       Pura Bedugul (dibangun pada setiap tempat pembagian air dan bendungan)
b.      Pura Masceti yan dibangun dalam wilayah subak di mana subak itu berada.
c.       Pura Ulun Suwi (dibangun pada setiap wilayah Subak atau beberapa subak yang mempunyai sumber air yang sama)
d.      Pura UlunDanu (tempatnya pada keempat danau Bali yaitu, danau Beretan, danau Buyan, danau Tamblingan dan danau Batur).

B.     ORGANISASI DI SUBAK
a.       Anggota Subak adalah orang yang mempunyai sawah dan mendapatkan air, yang dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1)      Anggota aktif: anggota subak yang wajib akif dalam segala kegiatan Subak seperti Krama Pekaseh, Sekaa Yeh atau Sekaa Subak.
2)      Anggota tidak aktif: anggota yang mengganti kewajibannya dengan uang yang disebut “pengohot” atau “pengampel”.
3)      Anggota Luput: anggota yang tidak bisa aktif dalam segala kegiatan subak karena mempunyai tugas penting seperti: Bendesa adat, Sulinggih atau Pemangku.
b.      Penjuru/pengurus Subak terdiri dari:
1)      Pekaseh/kelian subak
2)      Pangliman/Petajuh
3)      Penyarikan/Juru Tulis
4)      Petengen/Juru Raksa
5)      Saya/Juru arah/Juru tibak/kasioman
6)      Pemangku/urusan keagamaan
c.       Sekaa dalam Subak
1)      Sekaa Numbeg                        : dalam hal pengolahan tanah
2)      Sekaa jelinjingan                     : pengelolaan air
3)      Sekaa Sambang                       : Pengawasan air dari kecurian
4)      Sekaaa Mamulih/nandur         : dalam hal penanaman padi
5)      Sekaa Majukut                        : menyiangi padi
6)      Sekaa manyi                            :menuai/memotong/ngetam padi
Sekarang sesuai dengan perkembangan teknologi terdapat pula:
1)      Pemberantas hama : sebagai peningkatan efektifitas sekaa/sambang
2)      Hendraktor yang disewakan sebagai pengganti sekaa numbeg.

PARUMAN SUBAK
(Forum Musyawarah Subak)
STRUKTUR ORGANISASI SUBAK

JURU TULIS/SEKRETARIS
JURU ARAH/SAYA/KESINOMAN
PEKASEH/KELIHAN SUBAK
KETUA SUBAK
JURU RAKSA
(BENDAHARA)
KELIHAN (KETUA)
TEMPEK/MUNDUL/LANYAHAN
ANGGOTA (KRAMA)
SUBAK
 













Pelaksanaan Organisasi Subak
a.       Sekaa/sambang
Subak sebagai organisasi yang otonomi berhak mengurus rumah tangganya sendiri dan dapat menetapkan awig-awig. Awig-awig adalah suatu hukuman berat hukum tertulis yang memuat seperangkat kaedah-kaedah sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat petani. Di dalamnya terdapat hak dan kewajiban anggotanya serta sanksi atas pelanggaran hak dan kewajiban yang berupa dedosan atau densa. Sanksi-sanksi yang dilaksanakan secara tegas dan nyata termuat dalam ketentuan pokok saja sedangkan ketentuan detail dimuat dalam perarem sebagai  pelaksanaan awig-awig subak. Isi pokok awig-awig mengatur hubungan antara manusia dengan manusia (tata pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (tata palemahan).
b.      Hak anggota Subak yaitu:
1.      Mendapat bagian air secara adil
2.      Memilih dan dipilih menjadi pengurus
3.      Mengeluarkan pendapat dan usul dalam rapat
4.      Melaporkan pelanggaran-pelanggaran kepada pengurus,
5.      Mendapat pelayanan dan pelakuan yang adil dari subak.
c.       Kewajiban anggota Subak dibedakan menjadi 3 bidang mperbaiki bangunan sera meyaitu:
1)      Bidang fisik meliputi:
-          Membuat, memelihara serta memperbaiki bangunan-bangunan pengairan termasuk saluran air irigasi.
-          Membuat, memelihara serta memperbaiki bangunan lainnya seperti jalan subak, bangunan tempat upacara keagamaan.
2)      Bidang Sosial dan ekonomi meliputi:
-          Mentaati dan melaksanakan peraturan-peraturan subak serta keputusan-keputusan yang diambil waktu rapat.
-          Menjalankan segala perintah pengurus berdasarkan peraturan yang berlaku.
-          Menghadiri rapat anggota.
-          Memelihara kelancaran pembagian air,
-          Membayar denda, iuran, dan pungutan lainnya menurut keputusa rapat.
-          Melaksanakan intruksi dari pemerintah yang disalurkan lewat subak seperti penanaman benih unggul, pemberantasan hama / penyakit dan lain-lain.
3)      Bidang keagamaan meliputi:
– melakukan upacara keagamaan misalnya melakukan upacara mapag toya, upacara nyugsus, upacara ngusaba, dan upacara-upacara lainnya.
RAPAT SUBAK
Rapat subak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu rapat pengurus yang hanya dihadiri oleh pengurus, dan rapat anggota. Hal-hal yang dibicarakan dalam rapat pengurus biasanya hal-hal yang menyangkut tugas dan kewajiban dari pengurus itu sendiri atau hal-hal yang sifatnya mendesak, tetapi hanya cukup dihadiri oleh pengurus saja.
Rapat anggota juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu yang bersifat rutin dan yang bersifat khusus. Rapat rutin diadakan setiap sebulan sekali. Adapun hal-hal yang dibicarakan antara lain:
-          Menentukan pungutan iuran/dana untuk rencana yang ditentukan atau akan dilaksanakan
-          Masalah awig-awig subak
-          Masalah pola tanaman yang akan datang
-          Menentukan lokasi gotong royong


C.    PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DI SUBAK
Subak sebagai lembaga tradisional yang bersifat sosio-agraris-religius, yang sudah membudaya dan dikenal di seluruh pelosok dunia bahkan disebut sebagai salah satu organisasi petani pemakai air paling canggih di seluruh dunia, dalam perjalanan waktu dari generasi satu ke genersi yang lainnya melalui situasi dan kondisi yang berbeda-beda tentunya sudah mengalami beberapa reformasi secara alami sesuai dengan perkembangan jaman.
Masyarakat petani di Bali dengan lembaga tradisionalnya, yaitu subak, sebenarnya telah memiliki benih-benih modernisasi dalam diri mereka sendiri. Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam laju pertumbuhan ekonomi di Bali, di sini terlihat bahwa terjadi perpaduan yang harmonis antara unsur tradisional dengan unsur modern sehingga membawa dampak terhadap kemajuan serta memberikan kesejahteraan kepada masyarakat lain secara maksimal.
Kontak budaya adanya penemuan teknologi baru, kebutuhan manusia yang tidak terbatas, dan alam dimana manusia hidup yang sebenarnya berubah, merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan terjadinya reformasi tersebut. Namun demikian, pola-pola yang telah ada pada subak sejak zaman dulu tidak diabaikan, tetapi yang ditonjolkan adalah variasi yang sangat tergantung pada konteksnya.
Seiring dengan berubahnya zaman, perubahan perubahan juga terjadi di dalam masyarakat subak. Perubahan sosial budaya masyarakat subak berkembang ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Peralatan akan cepat berganti dan semakin modern sehingga akan sulit dilacak dan dihimpun kembali peralatan yang tradisional. Misalnya saja saat membajak sawah. Dahulu mereka menggunakan kerbau untuk membajak sawah. Dengan majunya teknologi sekarang ini, membajak sawah bisa dilakukan dengan traktor. Akan tetapi, walaupun sudah ada kemajuan teknologi dibidang pertanian, masyarakat subak tetap memegang teguh apa yang sudah ditetapkan oleh para pendahulu. Masyarakat subak juga tidak menutup diri atas perkembangan zaman dan kemajuan teknologi di bidang pertanian. Kemudian tentang pembagian irigasi air. Dengan majunya ilmu pengetahuan, pemerintah membangun bendungan yang akan membagi air di masyarakat subak. Hal ini dapat membantu pembagian air di mfasyarakat. Kemudian masyarakat dalam membagi air tersebut selain dibantu oleh bendungan, juga masih menggunakan cara tradisional yang masih dipertahankan.
Selain itu, adanya revolusi hijau di era globalisasi ini telah menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem pertanian di Indonesia, terutama di masyarakat subak. Dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Hal itu sangatlah berbeda dengan sistem subak yang diterapkan oleh para petani di Pulau Bali yang dimana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan padi yang lebih melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Kemudian pada zaman sekarang, banyak masalah yang menerjang eksistensi subak di Pulau Bali. Dan salah satunya ialah organisasi subak ataupun lahan pertanian mengalami ancaman kepunahan karena terjadinya pengalihan fungsi lahan menjadi areal nonpertanian seperti perumahan, hotel dsb.

D.    SEJARAH MUSEUM SUBAK
Museum Subak terletak di desa Sanggulan kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, Bali, didirikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali dan diresmikan tanggal 13 oktober 1981.Subak telah ada sejak abad XI dan berkembang hingga sekarang.Subak merupakan organisasi yang mandiri yang didasarkan atas dasar filsafat yang kekal yaitu “Tri Hita Karana”, tiga penyebab kebahagiaan (yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam).

Tujuan Didirikannya Museum Subak
Adapun tujuan didirikannya Museum Subak adalah sebagai berikut:
a.       Menggali dan menghimpun berbagai benda dan data yang berkaitan dengan subak, termasuk yang mempunyai nilai sejarah serta menyuguhkan berbagai sarana study / penelitian.
b.      Menyelamatkan, mengamankan, dan memelihara berbagai benda yang berkaitan dengan subak.
c.       Menyuguhkan berbagai informasi dan dokumentasi serta merupakan media pendidikan tentang subak.
d.      Tempat rekreasi/ obyek pariwisata.

Fasilitas Museum Subak
Museum subak merupakan Museum Khusus, tentang sistem pertanian Bali yang dikenal dengan nama Subak dengan bangunan Museum Induk dan Museum Terbuka.
Museum Induk terdiri dari:
1.      Bangunan atau komplek suci dengan Padmasana, Bedugul dan lainnya. Tata ruang dan tata letak dari bangunan-bangunan dimaksud disesuaikan dengan lingkungan disekitarnya dengan mengikuti pola pembangunan tradisional : Tri Mandala, Tri Angga, dan asta Kosala Kosali.
2.      Bangunan Utama terdiri dari dua gedung, yaitu:
-          Gedung administrasi yang merupakan pusat informasi dan perpustakaan.
-          Gedung Pameran. Barang yang dipamerkan, dipajangkan di Museum Subak menyangkut barang/alat pertanian yang digunakan oleh para petani didalam mengerjakan sawahnya yang meliputi proses: Parahyangan, Pawongan, dan palemahan yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan/aktivitas di Subak.
Museum Terbuka yang diwujudkan sebagai “Subak Mini” yang dipakai sebagai peragaan kegiatan Subak mulai dari sistem irigasi sampai proses kegiatan di sawah.

Jam kunjungan Museum:
Hari Senin s/d Minggu : Jam 08.00-16.30 Wita
Kecuali hari jumat : jam 08.00-12.30 wita.
Hari minggu dan libur resmi tutup dengan catatan masih diterima sepanjang ada pemberitahuan sebelumnya.























BAB II
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Subak adalah suatu masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah.
2.      Sama seperti halnya sebuah organisasi, organisasi di subak juga terdapat struktur yang mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan jabatan yang diterima.
3.      Kontak budaya adanya penemuan teknologi baru, kebutuhan manusia yang tidak terbatas, dan alam dimana manusia hidup yang sebenarnya berubah, merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan terjadinya reformasi tersebut. Namun demikian, pola-pola yang telah ada pada subak sejak zaman dulu tidak diabaikan, tetapi yang ditonjolkan adalah variasi yang sangat tergantung pada konteksnya.
4.      Demi menjaga kelestarian sistem subak, maka dibangun museum yang berfungsi untuk menyimpan barang-barang yang digunakan dalam sistem subak agar tidak rusak dan punah.

B.     SARAN
1.      Dalam pelaksanaan KKL terutama di museum subak, agar mahasiswa dapat melihat langsung mengenai sistem subak yang diterapkan.
2.      Dosen pembimbing lebih komunikatif terhadap mahasiswa agar mahasiswa mengetahui apa yang akan dilaporkan.
3.      Mahasiswa harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan laporan.











DAFTAR PUSTAKA
Museum Subak. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan Bali
Manan, Faridja Novari,Sindu Galba. 1989. Sistem Subak Di Bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar