Total Tayangan Halaman

Rabu, 11 Januari 2012


MAKALAH PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PROSES PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Dosen Pengampu: Terry Irenawati, M.Hum



  logo_uny



Disusun oleh :

1.               Nike Putri L.                     (10413244004)
2.               Ummi N.               (10413244010)
3.               Atika Widayanti    (10413244016)
                                     Prodi Pendidikan Sosiologi / NR 2010 / Kelas B
























FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
T.A. 2010 – 2011

KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Proses Perubahan Sosial Budaya.
            Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memenuhi dan melengkapi nilai tugas kami pada mata kuliah Perubahan Sosial Budaya.
            Tak lupa pula Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Terry Irenawati, M.Hum selaku dosen mata kuliah Perubahan Sosial Budaya yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
            Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun.
            Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi para pembaca, khusunya untuk kami pribadi selaku tim penyusun.
                                                                                                                     
                                                                                                Yogyakarta, 22 Februari 2011
                                                                                                           
                                                                                                Tim Penyusun























BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, baik itu perubahan yang di inginkan maupun perubahan yang tidak di inginkan masyarakat itu sendiri. Perubahan itu ada yang berjalan lambat sekali dan ada pula yang berjalan cepat sekali. Para sosiolog pernah mengklasifikasikan antara masyarakat yang statis dan masyarakat yang dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan, sedangkan masyarakat yang dinamis adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat. Karena tidak ada suatu masyarakatpun yang berhenti  pada suatu titik tertentu. Perubahan bukanlah berarti suatu kemajuan, namun dapat pula berarti kemunduran. Untuk itu dalam makalah ini kami berusaha mengkaji lebih dalam proses perubahan sosial budaya .

Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari proses perubahan sosial budaya?
2.      Bagaimana penyesuaian masyarakat terhadap perubahan?
3.      Apa itu disorganisasi dan reorganisasi?
4.      Bagaimana solusi terhadap perubahan sosial?

B.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dari proses perubahan sosial budaya.
2.      Untuk mengetahui  penyesuaian masyarakat terhadap perubahan.
3.      Untuk mengetahui disorganisasi dan reorganisasi.
4.      Untuk mengetahui dampak dan solusi terhadap perubahan sosial.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Proses Perubahan Sosial Budaya
Setiap masyarakat senantiasa akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat pada masa sekarang dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Laju dalam perubahan tersebut tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, masyarakat kota atau masyarakat yang terbuka akan lebih cepat (dinamis) dalam mengalami perubahan sosial dan budaya, sedangkan masyarakat desa atau pada masyarakat tertutup (terisolasi) cenderung lebih lambat (statis). Dikatakan statis bukan berarti tidak mengalami perubahan sama sekali (stagnan), melainkan perubahan yang terjadi sangat lambat seolah-olah menunjukkan gejala tidak terjadi perubahan.

a.      Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Berikut ini beberapa definisi perubahan sosial budaya yang dikemukakan oleh para sarjana sosiologi dan antropologi (dalam Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, 1990), adalah sebagai berikut.
1.      William F. Ogburn, menyatakan bahwa perubahan sosial budaya mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik material maupun nonmaterial.
2.      Kingsley Davis, mendefinisikan perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat.
3.      Mac Iver, mengemukakan bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial budaya atau perubahan terhadap keseimbangan sosial budaya tersebut.
4.      John Lewis Gillin dan John Philips Gillin, mengatakan bahwa perubahan sosial budaya adalah suatu variasi dan cara-cara hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, serta karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat.
5.      Selo Soemardjan, menyatakan bahwa perubahan sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial budayanya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola-pola perilaku antarkelompok masyarakat.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan struktur sosial dan budaya akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu corak sosial budaya baru yang dianggap ideal.


                 Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan, antara lain:
1.      Penyesuaian Masyarakat  Terhadap Perubaha
Keserasian suatu masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan akan adanya ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam  norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, masyarakat dapat menolaknya atau mengubaah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud menerima unsur yang baru. Apabila masyarakat tidak bisa menolaknya karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap ada, tetapi sifatnyya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Norma-norma dan nilai sosial tidak akan terpengaruh olehnya dan  dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan memengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pada warga masyarakat.  Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian terhadap masyarakat. ke   adaan tersebut berart bahwa ketegangan-ketegangan serta kekecewaan diantara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila keserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment). Bila sebaliknya yang terjadi maka dinamakan ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment). Penyesuaian dan lembaga-lembaga kemasyarakatan menunjuk pada keadaan, dimana masyarakat dapat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaaan. Sementara itu penyesuaian usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau di ganti agar terhindar dari disorrganisasi psikologis.
2.      Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan sebagainya. Lembaga yang pada suatu waktu mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga-lembaga kemayarakatan tersebut akan membawa akibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya karena lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi.  Saluran tersebut berfungsi agar suatu perubahan dikenal, diterima, diakui, serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau mengalami proses intitusionalization (pelembagaan)

3.      Disorganisasi (Disintegrasi) Dan Reorganisasi (Reintegrasi)
Disorganisasi adalah suatu keadaan tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan. Misalnya dalam  masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antarbagiannya. Disorganisasi tidak semata-mata terjadi karena pertentangan-pertentangan yang meruncing, ssperti misalnya peperangan, tetapi misalnya dapat pula disebabkan karena kemacetan lalu lintas.
 Disorganisasi tidak selalu menyangkut masalah moral, sebaliknya operbuatan yang immoral belum tentu merupakan disorganisasi.
Suatu disorganisasi atau disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpudarnya norma-norna dan  nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sementara itu reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang
baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga (institusionalized)
b.      Suatu Gambaran Mengenai Disorganisasi dan Reorganisasi
Watak atau jiwa seseorang paling tidak merupakan pencerminan kebudayaan masyarakatnya. Misalnya saja pada masyarakat tradisional, aktifitas seseorang seppenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakatnya. Segala sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah satu unsur saja. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah dengan drastis dan berjaln lambat sekali. Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu.            Apabila disorganisasi berjalan dengan sangat cepat, misalnya karena meletusnya revolusi, maka mungkin akan timbul hal-hal yang sukar untuk dikendalikan. Dengan demikian reorganisasi tidak dapat terjadi dengan cepat karena terlebih dahulu harus menyesuaikan diri dengan masyarakat. Pada keadaan demikian dijumpai suatu anomie, yaitu suatu keadaan dimana tak ada pegangan terhadap apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga anggota masyarakat tidak mampu mengukur tindakan-tindakannya.


c.       Dampak dan Solusi Perubahan Sosial Budaya
Setiap perubahan sosial budaya, entah itu dalam bentuk evolusi atau revolusi, perubahan dengan pengaruh kecil atau besar, maupun direncanakan atau tidak direncanakan, pasti akan membawa akibat-akibat atau dampak-dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh perubahan sosial budaya terhadap kehidupan kemasyarakatan yang berdampak positif akan dapat melahirkan kondisi hidup yang integratif, sedangkan pengaruh negatif dari perubahan sosial budaya akan menciptakan kondisi hidup yang disintegratif.
·         Dampak Positif
-          Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Perkembangan atau kemajuan IPTEK sebagai akibat positif dari perubahan sosial budaya dapat dirasakan di berbagai bidang kehidupan, misalnya bidang pendidikan. Dengan kemajuan IPTEK, diharapkan kualitas kehidupan manusia dapat meningkat.
-          Terciptanya lapangan pekerjaan
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat bisa timbul karena modernisasi. Dampak positif dari hal ini adalah timbulnya industrialisasi di berbagai bidang kehidupan. Semakin banyak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi membuat industri-industri yang telah ada menjadi kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, industri tersebut akan menambah jumlah karyawan, atau dengan mendirikan perusahaan baru. Dari sinilah kemudian akan muncul lapangan pekerjaan baru.
-          Terciptanya tenaga kerja professional
Dalam industrialisasi yang dilengkapi dengan teknologi mutakhir, tenaga kerja tidak hanya dituntut untuk mempunyai kecakapan, keterampilan, dan keahlian saja, tetapi tenaga kerja juga dituntut untuk memiliki sifat profesional dalam bekerja.
-          Meningkatnya efektivitas dan efisiensi kerja
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

·         Dampak Negatif
-          Kondisi disintegrasi
Disintegrasi msyarakat dapat terjadi karena adanya perubahan sosial budaya secara revolusi, tidak berfungsinya lembaga-lembaga yang ada, dan atau karena bentuk perubahan yang pengaruhnya besar.
Dalam perkembangan kehidupan masyarakat, masih banyak contoh terjadinya disintegrasi sebagai akibat dari perubahan sosial. Proses industrialisasi dalam berbagai bidang apabila tidak diikuti oleh penyikapan secara mental yang baik, maka akan menyebabkan berkembangnya mentalitas individualistik, materialistis, konsumerisme, dan hedonistik. Hal tersebut akan dapat menyebabkan terjadinya kondisi disintegrasi. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan memberikan  pendidikan yang mantap yang diberikan kepada masyarakat untuk mengahindari adanya sikap konsumerisme, materialistik, individualistik, dan hedonistik, dan mengadakan perencanaan (planning) untuk kedepan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang modern yang dapat berpikir secara ilmiah yang  luas dan menjunjung tinggi norma-norma sosial dalam masyarakat. 
-          Pergolakan daerah
Pergolakan daerah adalah konflik-konflik yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu untuk memperebutkan atau memperjuangkan kepentingan tertentu yang tidak lagi memperhatikan tatanan hidup yang berdasarkan nilai dan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Kepentingan tertentu itu dapat berupa saling memperebutkan kepentingan ekonomi (mata pencaharian), kepentingan ras atau suku, atau kepentingan yang berlatar belakang agama dan kekuasaan. Disamping itu, pergolakan di daerah dapat juga muncul sebagai akibat dari kesulitan politik dan kesalahan pendekatan pembangunan yang dilakukan oleh pihak pemerintah pusat. Untuk mengatasi masalah pergolakan daerah  yang timbul akibat dari perubahan sosial budaya yakni dengan memperbaiki politik dan menanamkan sikap nasionalisme dan melarang etnosentrisme.
                                   






























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
1.      Perubahan sosial budaya adalah perubahan struktur sosial dan budaya akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu corak sosial budaya baru yang dianggap ideal.
2.      Penyesuaian dan lembaga-lembaga kemasyarakatan menunjuk pada keadaan dimana masyarakat dapat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaaan
3.      Disorganisasi adalah suatu keadaan tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan. Misalnya dalam  masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antarbagiannya.
4.      Dampak dan solusi perubahan sosial, dampak positif yang ditimbulkan dari adanya perubahan sosial budaya yaitu perkembangan di bidang IPTEK, terciptanya lapangan pekerjaan, terciptanya tenaga kerja profesional, dan meningkatnya efektivitas dan efisiensi kerja. Sedangkan dampak negatifnya adalah kondisi disintegrasi dan pergolakan daerah. Untuk mengatasi masalah disorganisasi dapat dilakukan dengan memberikan  pendidikan yang mantap yang diberikan kepada masyarakat untuk mengahindari adanya sikap konsumerisme, materialistik, individualistik, dan hedonistik, dan mengadakan perencanaan (planning) untuk kedepan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang modern yang dapat berpikir secara ilmiah yang  luas dan menjunjung tinggi norma-norma sosial dalam masyarakat. Masalah pergolakan daerah dapat di antisipasi dengan memperbaiki politik  dan menanamkan sikap nasionalisme dan melarang etnosentrisme.










LAMPIRAN

Daftar Pustaka:
Ø  Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta:
Ø  Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar