Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku
maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan
eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak
yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya
terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.
Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial:
1.
Fakta sosial Material
Fakta sosial material lebih mudah
dipahami karena bisa diamati. Fakta sosial material tersebut sering kali mengekspresikan kekuatan
moral yang lebih besar dan kuta yang sama-sama berada diluar individu dan
memaksa mereka. Kekuatan moral inilah yang disebut dengan fakta sosial
nonmaterial.
2.
Fakta sosial Nonmaterial
Durkheim mengakui bahwa fakta
sosial nonmaterial memiliki batasan tertentu, ia ada dalam fikiran individu.
Akan tetapi dia yakin bahwa ketika orang memulai berinteraksi secara sempurna,
maka interaksi itu akan mematuhi hukumnya sendiri. Individu masih perlu sebagai
satu jenis lapisan bagi fakta sosial nonmaterial, namun bentuk dan isi
partikularnya akan ditentukan oleh interaksi dan tidak oleh individu. Oleh
karena itu dalam karya yang sama Durkheim menulis : bahwa hal-hal yang bersifat
sosial hanya bisa teraktualisasi melalui manusia; mereka adalah produk
aktivitas manusia.
Jenis-jenis fakta sosial
nonmaterial:
a.
Moralitas
Perspektif
Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin
bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain, moralitas bisa
dipelajari secara empiris, karena ia berada di luar individu, ia memaksa
individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. Artinya,
moralitas bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan secara filosofis, namun sesuatu
yang mesti dipelajari sebagai fenomena empiris. Kedua, Durkheim dianggap
sebagai sosiolog moralitas karena studinya didorong oleh kepeduliannya kepada
“kesehatan” moral masyarakat modern.
2. Kesadaran Kolektif
Durkheim
mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut; “seluruh kepercayaan dan
perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu
sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya dengan
kesadaran kolektif atau kesadaran umum. Dengan demikian, dia tidak sama dengan
kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran
partikular”.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. Pertama, kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut “keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan fakta sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari basis material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran kolektif baru bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama , lebih dari masyarakat modern.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. Pertama, kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut “keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan fakta sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari basis material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran kolektif baru bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama , lebih dari masyarakat modern.
3. Representasi
Kolektif
Contoh
representasi kolektif adalah simbol agama, mitos, dan legenda populer. Semuanya
mempresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai kolektif, dan mendorong kita
untuk menyesuaikan diri dengan klaim kolektif.
Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada individu-individu, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung berhubungan dengan simbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.
Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada individu-individu, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung berhubungan dengan simbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.
4. Arus Sosial
Menurut
Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang tidak menghadirkan diri dalam
bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “dengan luapan semangat,
amarah, dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan publik.
5. Pikiran
Kelompok
Durkheim
menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya adalah kumpulan pikiran individu.
Akan tetapi pikiran individual tidak secara mekanis saling bersinggungan dan
tertutup satu sama lain. Pikiran-pikiran individual terus-menerus berinteraksi
melalui pertukaran simbol: mereka megelompokkan diri berdasarkan hubungan alami
mereka, mereka menyusun dan mengatur diri mereka sendiri. Dalam hal ini
terbentuklah suatu hal baru yang murni bersifat psikologis, hal yang tak ada
bandingannya di dunia biasa.
(Doyle P Johnson.1988.
Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta: Gramedia
George Ritzer dan
Douglas J.Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Jil 6. Bantul: Kreasi Wacana)
makasih atasinfo nya
BalasHapusThanks ya infony membantu banget sukron kashiron
BalasHapusIjin Copast
BalasHapusBuku rujukan yg dipakai buku siapa ini?
BalasHapus